Minggu, 04 Juli 2010

Maaf Kesabaranku Habis Menunggumu

Matahari sangat terik, berbagai kendaraan masih merayap di jalan raya yang sesak itu. Beuuuh!! Masih macet, tapi sudah hampir sampai ke tempat yang kutuju. Berhubung yang saya kendarai adalah motor bebek ekslusive (hehe ^_^) jadi lebih mudah bagiku untuk menyelinap di sela-sela jalan yang sempit itu. Saya tidak sendiri, dibelakang ada temanku, Cacing, yang dari tadi minta mampir ke penjual parfum racikan yang sebenarnya dia sendiri belum tahu lokasinya dimana, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Dengan berbagai pertimbangan, saya masih tidak mengiyakan permintaannya dan langsung melaju ke warung makan pinggiran kampus.
Saya: "Kamu mau pesen apa?"
Cacing: "Hmmm...?", dengan muka bingungnya yang dibuat-buat jadi supaya kelihatan imut. Saya yang kelaparan langsung mengeryitkan dahi dan beristigfar dalam hati.
Saya: "Masnya capek nungguin, buruan kamu mau pesan apah?
Cacing: "Kamu pesan apaan?"
Saya: "Mie kuah, kamu mau yang itu juga?"
Cacing: "..........", masih bingung..

Setelah nungguin Cacing kompromi dengan rasa bingungnya, akhirnya kami jadi makan di warung sebelah. Dan saya tetap memesan mie kuah di tempat sebelumnya.

Setelah makan, rasa kantuk semakin mendesakku, tapi harus kutunda dulu niatku itu. Sebelum pulang kami mampir ke kampus, karena cacing mau memeriksa penelitiannya di Laboratorium yang letaknya tiga lantai. Tidak cukup dayaku untuk kesana, dan kuputuskan untuk menunggu Cacing di tempat Parkiran saja. 

Waktu tetap berjalan, matahari tetap terik, rasa kantuk tetap mendesakku, ntah sudah berlalu berapa lama karena tidak ada jam ketika itu. Saya baru teringat tidak bilang jangan lama kepada Cacing tadi. Sadarkah dia kalau saya sedang menunggunya?? Ingin kuhubungi, tapi ponselku sedang bersamanya. Huft...

Beberapa orang lewat dan memperhatikanku, risih jadinya, dan kupaksa diriku untuk menunggunya di dalam kampus. Masih belum ada tanda-tanda kedatangannya, dan kupaksakan lagi langkahku untuk lebih masuk kedalam dan menunggunya.

Masih belum ada, dan kesabaranku telah habis menunggunya...

Saya sudah di lantai tiga dan dia baru keluar dari laboratorium. Perasaanku sangat jengkel ketika itu, dan kelihatannya dia juga nyantai saja pas saya datang, saya merasa sangat tidak dihargai. Mungkin sikapku yang berlebihan, tapi sungguh telah habis kesabaranku menunggunya. Dan sekarang saya menyesali ketidaksabaranku itu...

Slalu sayang Cacing yang slalu memaklumi ketidaksabaranku (^_*)
slalu_indry

1 comments:

Bhakti Wiguna mengatakan...

hahahahahhahaa..
seandainya.. kelucuanmu ini ada dalam kehidupan nyata..

asgataahh, aku bkalan langsing krna ketawa.. hahaha

tapi cukup kau ceritakan disni, dan itu akan sangat lucu..

salam sama Cacing..

Posting Komentar